Youtube Influencer dan Generasi Peter Pan (Millenials)

Kebetulan ada waktu ekstra, dari pada bingung dan cuman facebookan saja, mencoba mengisinya dengan produktif dan melelahkan otak ini. Tulisan kali ini sedikit keluar dari genre yang biasanya saya tulis tentang beasiswa Australia Awards dan pengalaman studi di Australia. Tulisan kali ini lebih menyasar dan membahas tentang mereka generasi millennials yang demi menyederhanakan segala perdebatan ilmiah merupakan generasi kelahiran 1980an-awal 2000an yang saat ini merupakan pengguna terbesar facebook, youtube, twitter dan banyak platform social media lainnya di Indonesia dan dunia, yang tentu saja juga menjadi salah satu kelompok pembaca blog saya (kira-kira demikian tebakan saya).

Tahukah kamu bahwa kamu menjadi incaran banyak influencer, stasiun televisi, game production, produsen perangkat teknologi software dan hardware seperti kamera, handphone, headphone, hingga yang lagi canggih-canggihnya sekarang drone (kesimpulan ini setelah saya sempat melihat iklan drone versi terbaru yang diiklankan di youtube yang bisa kamu pakai untuk main game dengan temanmu) Sulit dipercaya bahwa barang-barang mahal tersebut seolah-seolah ditujukan untuk hal-hal yang terlalu sederhana untuk teknologi secanggih itu, untuk menghibur dan bermain, mengapa? Karena itu ditujukan untuk kamu generasi millennial.

Istilah generasi Peter Pan yang saya pakai di judul tulisan ini meminjam istilah yang diberikan oleh seorang pakar sosiolog Amerika yang menyebut generasi Y ini adalah generasi Peter Pan (bukan band Peter Pan-nya si Ariel ya). Peter Pan adalah seorang tokoh fiksi (khayalan) ciptaan seorang penulis Novel dan Drama asal Skotlandia, bernama  J. M. Barrie. Tokoh ini adalah seorang anak laki-laki kecil yang suka bermain, jahil, bisa terbang dan tidak pernah dewasa.

Peter pan

Beberapa penelitian (kebanyakan di Amerika sana) menyimpulkan bahwa generasi millennials ini memiliki karakter yang pada umumnya sebagai berikut:

Positifnya :

Generasi ini dipandang berpikiran lebih terbuka terhadap perbedaan, lebih mendukung kesetaraan hak kaum-kaum minoritas, percaya diri, ekspresif, liberal, riang, dan terbuka dengan ide-ide baru.

Negatifnya :

Generasi ini dinilai malas, narsis, suka berganti pekerjaan dan memiliki ekspektasi yang tidak reliastis dalam kehidupan pekerjaan.

Fenomena di zaman millennials

Bagi generasi millennial senior (lahir tahun 1980an) seperti saya, kita bisa menyaksikan perbedaan masa kecil dan remaja yang sangat berbeda di masa kita dulu dengan generasi 1990an. Belum ada internet, youtube dan facebook, masa kecil kita masih cukup maksimal diisi dengan permainan-permainan fisik dan berkelompok dengan teman.

Ketika teknologi semakin canggih, maju dan merata dengan adanya kabel optic, pembangunan fisik rumah bahkan kota semakin menuju ke arah smart city (kota terintegrasi dengan infrastruktur Teknologi Informasi)  permainan tradisional semakin hilang, anak-anak sekarang apalagi yang di kota mungkin sudah tak tahu main layangan atau petak umpet di ganti dengan game online, yang bahkan punya kompetisi hingga tingkat dunia (life is so changing).

Ketika di jaman saya remaja Putri Diana dan keluarga kerajaan Inggris menjadi satu-satunya (kelompok) selebritis paling berpengaruh di dunia sangat berbeda dengan milenial sekarang dimana mereka bisa “memilih” selebritis idola mereka dari jutaan youtuber entah dari Indonesia, Amerika, Jerman, Swedia, dan banyak negara lainnya.

Sebut saja para youtuber Indonesia seperti Agung Hapsa (aku suka video-videonya), Kevin Hendrawan, Ria Ricis, Reza Oktovian, Candra Liow, KittenDust dan youtuber luar negeri: Zoella, Lindsey Sterling, sedikit tentang PewDiPie (semua yang saya sebut pernah saya nonton karya2 mereka meski ada sebagian dari mereka mengundang kontroversi). Tak bisa dipungkiri mereka membuat para artis dengan menajemen kontrak professional harus mengaku kalah dalam popularitas dan pendapatan dengan solo-selebriti youtuber ini. Mereka juga menimbulkan kekhawatiran media lain seperti TV (yang semakin terlihat ketinggalan jaman dimata para millennials muda yang lebih suka menonton youtube dibanding menonton TV di waktu senggangnya, hanya saja kuota internet masih membatasi)

Suka tidak suka, perkembangan ini tak bisa kita hindari, hanya bisa kita sikapi

Karena kamu tumbuh di jaman dengan begitu banyak orang mencoba mencari perhatianmu usahakanlah untuk :

  • Mengenal dulu siapa dirimu dan keunikanmu (apa kekuatan dan kekuranganmu)

Tantangan terbesar kamu di dunia yang semakin ramai ini adalah menemukan siapa sebenarnya dirimu. Apa yang sebenarnya merupakan talentamu, kekuatan dan kekuranganmu.

Sangat mudah untuk mencoba menjadi orang lain, hanya karena ketakjuban melihat kesuksesan dan pencapaian mereka. Tapi ingatlah mereka sukses karena menjadi diri mereka sendiri.

Gali, temukan dan kembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirimu. Jika kamu suka aktif dan bergerak, mungkin olahraga atau petualangan alam untukmu. Temukan hal positif yang kamu senang lakukan, apakah itu musik, menulis, pidato, bahasa Inggris, membaca, melukis, fotografi, desain dan banyak hal lainnya, yang saat ini bisa lebih mudah dipelajari dengan tutorial dari internet.

  • Focus dengan perkembangan dirimu

Berbeda dengan para selebritas di dunia TV, setiap youtuber yang saat ini terkenal memulai dengan harus melakukan semuanya sendiri. Mereka menjadi cameramen, editor, sound technician, beauty artist, designer, merancang studio dan channel mereka sendiri, dimana di dunia elektronik seperti TV setiap tugas tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berbeda. Mereka memulainya dari nol dari taka da yang menonton, tak ada yang memuji, bahkan belum ada yang menganggap mereka hebat. Mereka tekun meengembangkan diri mereka dan karya mereka, melewati waktu. Hingga momentum mereka tiba, dan “boom” dunia memandang mereka.

Tekuni apa yang sudah kamu temukan sebagai “passionmu”. Mempelajari hal baru adalah hal yang sulit tapi mengembangkan skill-mu dalam bidang yang baru tersebut juga bukan hal mudah. Tapi tahukah kamu apa yang membedakan seorang amatir dan seorang ahli, bukan sekedar terlahir dengan talenta tetapi ketekunan dan disiplin dalam mengembangkan keahlian mereka.

Pernahkah kamu mendengar Hukum 10.000 jam. Ide ini dicetuskan oleh Malcolm Gladwell seorang penulis buku laris dari Amerika. Menurutnya, jika seseorang melakukan satu hal yang sama terus menerus selama 10 ribu jam, maka dia akan menjadi ahli dalam bidang tersebut.

Kamu mungkin tidak merasa perlu untuk menjadi paling ahli di bidang tersebut dari semua orang lainnya. Tapi menjadi lebih mahir setiap hari dapat membawamu pada kesempatan-kesempatan yang tidak terbayangkan sebelumnya.

  • Menyaring semua yang kau lihat dan dengar

Apa yang idolamu di youtube katakan belum tentu lebih baik dan lebih benar dari kata orang tuamu, dari nasehat gurumu atau orang-orang lain yang bijaksana dan dewasa yang merasa bertanggung jawab dengan dirimu.

Kamu harus cukup dewasa, tegas dan objektif dengan setiap pesan yang disampaikan padamu, jangan diterima mentah-mentah apalagi jika hal tersebut adalah yang dilarang oleh orang tuamu, jangan lakukan.

Nilai-nilai dalam agama dan pesan-pesan orangtua jangan kamu gantikan dengan apa yang menurut kamu “lebih keren” atau “lebih gaul” belum tentu itu “lebih benar”. Percayalah orang tuamu yang sudah makan asam garam kehidupan tahu bahwa apa yang “gaul” dan “keren” hari ini menjadi “kuno” besok tetapi ada hal-hal yang akan selalu benar dan tak pernah lekang oleh waktu.

  • Jangan habiskan hidupmu dengan menonton

Ini bukan berarti kamu berhenti menonton sama sekali, bukan. Maksudnya berhati-hatilah untuk tidak mematikan kreativitas dan menghabiskan waktumu. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dari sekedar facebook, youtube, twitter, Instagram dan lain-lain. Bertualanglah bersama temanmu, ikut aksi social, buatlah dampak dan pakai waktu dengan bertanggung jawab dan positif.

  • Kamu tidak bisa meniru kesuksesan seseorang tapi kamu bisa meniru kerja keras mereka di balik layar

Terima kasih sudah membaca tulisan ini, untuk kamu generasi milenial yang sudah membaca apa pendapatmu mengenai tulisan ini?.

Salam

Ane Namotemo

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: