Melamar beasiswa merupakan sebuah proses panjang, tanpa perencanaan dan strategi yang baik, akan membuatmu tidak siap atau tidak memenuhi syarat melamar beasiswa. Dalam mempersiapkan diri melamar beasiswa, berikut ini lima sikap yang harus kamu hindari dalam mempersiapkan diri melamar beasiswa. Semoga bermanfaat!
- Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mencari terlalu banyak informasi
Jangan sampai mencari tahu berbagai informasi jadi “hobi” baru dimana kita lebih suka mencari tahu, mencari tahu dan mencari tahu hingga tak terasa sebagian besar waktu telah dihabiskan hanya untuk mencari tahu tanpa melakukan hal-hal yang jauh lebih penting dalam waktu yang begitu terbatas.
- Menunggu pendaftaran beasiswa dimulai tanpa mempersiapkan diri
“o ya, masih lama pendaftarannya tahun depan” dan tanpa terasa kesibukan sehari-hari sudah menenggelamkan kita dalam rutinitas, dan banyak waktu terlewat begitu saja. Setiap beasiswa luar negeri biasanya memiliki seleksi bertahap mulai dari seleksi berkas baik yang dikirim online atau melalui pos, wawancara dan tes lainnya seperti tes bahasa IELTS/TOEFL atau GRE dan GMAT tergantung negara dan Universitas yang dituju. Untuk dapat melalui setiap tahapan tersebut dengan baik dibutuhkan persiapan yang serius. Untuk lulus TES bahasa dengan skor yang baik dibutuhkan latihan dan belajar. Untuk tes wawancara, kita harus tahu apa yang akan kita sampaikan dan “bisa” menyampaikannya dengan jelas. Jika kita hanya menunggu tanpa belajar, berlatih dan mengurus segala dokumen dengan baik, maka kita bisa saja gagal. Salah satu guru saya pernah berkata “tanpa perencanaan yang baik sama dengan merencanakan untuk gagal!”. Jadi jangan sampai gagal sebelum mencoba hanya karena kurang persiapan.
- Menunda-nunda atau menggampangkan segala sesuatu
Waktu pendaftaran beasiswa biasanya memiliki jangka waktu yang berbeda-beda, meski demikian baik yang diberi waktu satu bulan hingga 3 bulan atau lebih, semua artinya sama yaitu pendaftaran dibuka untuk “WAKTU TERBATAS”. Apabila kita memiliki kebiasaan untuk mengatakan “yang ini besok saja diurusnya”. “Yang itu nanti kalau ada waktu baru aku buat”, jika mental seperti ini tidak di atasi, kita bisa kewalahan ketika pendaftaran beasiswa dibuka. Apabila dalam waktu yang singkat semua berkas yang telah ditunda-tunda harus diurus sekaligus, mengharapkan miracle diatas keteledoran kita sendiri bukanlah hal yang baik. Kemungkinan terburuk yang bisa kita hadapi adalah hingga pendaftaran usai, bisa jadi persyaratan beasiswa gagal dipenuhi tepat pada waktunya.
- Tergesa-gesa
Manajemen waktu yang kurang baik serta menggampangkan semua hal akan membuatmu mengerjakan banyak hal secara tergesa-gesa dan ini akan memberikan dampak kurang baik pada apa yang kau kerjakan. Tulisanmu mungkin kurang bagus, jawabanmu kurang meyakinkan, dokumenmu ada yang tercecer, atau hal-hal lainnya. Jika persiapan tidak dilakukan dengan baik, kamu mungkin secara peluang sudah tertinggal dengan mereka yang merencanakan dengan baik waktu mereka dan mengurus urusan mereka tepat waktu. Pendaftaran beasiswa apalagi keluar negeri selalu memiliki peminat yang tinggi, itu berarti kompetisinya cukup tinggi. Dan jangan heran, jika kamu mendapati pelamar yang sudah dua tahun atau tiga tahun berturut-turut melamar beasiswa yang sama, yang artinya mereka sudah sejak dua tahun lalu atau lebih sudah mempersiapkan semua berkas-berkas mereka. Kurang persiapan bisa membuat kamu tampak kurang berkomitmen di mata pemberi beasiswa.
- Takut Mencoba
Dari semua alasan di atas, alasan ini yang paling sering saya dengar dari setiap orang ketika saya dorong untuk melamar beasiswa tertentu. Merasa kurang mampu, kurang bisa atau takut gagal menghalangi mereka bahkan untuk mencoba.
Semua perasaan ini sama sekali tidak akan membantumu untuk maju.
Sewaktu persiapan PDT di Jakarta dulu saya sekelas dengan seorang teman, namanya Julia Arungan, seorang guru sekolah Internasional di Lombok. Bahasa Inggrisnya fluent sekali karena memang sehari-seharinya di tempat kerja bahasa komunikasinya adalah Bahasa Inggris. Selain pernah mendengarkan ceritanya langsung, kisahnya pun pernah ditulis dalam sebuah blog berjudul “Perempuan Penerima Tiga Beasiswa” (http://ziadahsjournal.blogspot.com.au/2016/11/essay-review-perempuan-penerima-tiga.html). Julia pernah gagal melamar beasiswa AAS di tahun pertama dia mencoba.
Tidak patah semangat dia mencoba lagi untuk ke dua kali di tahun berikutnya. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini dia melamar lebih dari satu beasiswa, bukan cuman dua tetapi tiga beasiswa yakni beasiswa LPDP, AMINEF dan AAS dan usahanya kali ini berbuah manis, dia diterima oleh ketiga beasiswa tersebut dan pada akhirnya dia memilih beasiswa AAS karena alasan tertentu dan kini sedang studi S2 di Australia.
Kita tidak mungkin tiba pada kesempatan dan pintu yang terbuka, jika tidak mengambil langkah apapun. Hadapi rasa takut dan beranilah mencoba, kita tak pernah tahu apa yang terjadi setelah itu.
Semoga tulisan ini bisa mendorongmu untuk mencoba,
Salam saya
Ane Namotemo
Sangat bermanfaat. Terimakasih. Salam Kenal.
SukaSuka
Terima kasih 😊
SukaSuka
Halo, Kak. Saya Natalia, salam kenal. Saya sedang mencari beasiswa untuk kuliah S1 di Finlandia. Universitas yang saya tuju tidak membebankan biaya kuliah, tetapi saya harus mencari beasiswa untuk biaya hidup sendiri karena universitas tersebut tidak menyediakannya. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, kebanyakan lembaga pemberi beasiswa hanya memberikan beasiswa untuk S2 dan S3. Apakah Kakak memiliki informasi lembaga beasiswa yang menyediakan beasiswa S1 untuk ke Eropa? Mohon bantuannya dan terima kasih m(_ _)m
SukaSuka