Pertama kali untuk seumur hidup lihat gambar bawang di bawah ini dalam training PDT (pre-departure training) untuk PhD applicant pada November 2016…cepat sekali waktu berlalu tak terasa sudah setahun lalu. Meski bukan bawang Bombay, bawang ini punya kesamaan dengan bawang Bombay, yaitu terdiri dari berbagai lapisan dan bisa bikin perih mata (:D)
Mengingat terakhir saya ketemu pelajaran filsafat waktu kuliah S1 dulu yang mana itu sudah 11 atau 12 tahun lalu. Jadi saya cukup percaya diri, banyak yang sudah saya lupakan (bahkan saya sendiri lupa, apa saya pernah mengingatnya hehe). Yang masih teringat hanya beberapa kata seperti epistemology, ontology dan entahlah ‘filsafat’ mungkin kalau bisa dimasukkan dalam kategori kata-kata khusus, agar menambah kosakata yang saya tahu mengucapkannya…tanpa ingat definisinya..kqkq (:D).
Masih dalam nostalgia…ternyata sulit mengingat materi dalam Ilmu Filsafat Dasar dulu, bayangkanlah ketika melihat berbagai istilah yang ada dalam setiap lapisan bawang ini, betapa perih mata ini (pengaruh mata minus, halah alesan.. :D).
Anyway, sodara-sodara, ternyata perjumpaan ini adalah awal dari sebuah hubungan (ehem) dengan philosophy ato filsafat, yang mana akan menjadi jantung atau otak dari penelitian kita.
Meski baru beberapa bulan studi, saya menyadari ada dua pertanyaan yang paling sulit untuk studi S3:
Satu, pertanyaan tentang “apa yang akan kamu teliti?”
Dua, pertanyaan tentang “bagaimana kamu akan melakukan penelitianmu?”
Pertanyaan nomor satu adalah pertanyaan yang sangat penting dan paling banyak menguras jam belajar (berdasarkan pengalamanku, berbahagialah bagi yang tidak perlu begitu hehe…I’m jealous :D).
Saya ingat ketika mengikuti sebuah seminar dalam masa PDT dimana AAS mengundang seorang expert di bidang tertentu. Saya ingat perkataan seorang narasumber demikian “jika Anda sudah menemukan apa yang akan Anda teliti, Anda sudah menjalani setengah dari studi PhDmu”, waktu itu kita semua tertawa, termasuk saya, tanpa benar-benar paham penderitaan yang memang menanti kita nanti yang ternyata tidak beliau besar-besarkan (you’ll never understand it untill you experience it, right) :D.
Dan berbahagialah bagi yang sudah tahu jawaban dari kedua pertanyaan di atas, dan menerima acc dari pembimbing anda sejak awal anda memulai studi S3 anda. You will enjoy life on your Phd life 😀.
Tapi jika Anda seperti saya (jika anda mengikuti tulisan-tulisan saya sebelumnya) penderitaan itu sudah dimulai bahkan ketika saya mulai mengirimkan proposal riset untuk mendapatkan calon pembimbing. Dan seperti bawang Bombay, lapisan demi lapisan literatur harus dikupas dan menuangkannya kembali di atas kertas setelah di padukan dengan bumbu-bumbu lainnya seperti topik penelitian kita, latar belakang, de el el.
Lompat ke waktu sekarang… dimana mau tak mau, ketemu lagi bawang Bombay itu dan harus mengupasnya satu demi satu dan belajar dari situ. Beberapa hal berikut ini menjadi refleksi saya pribadi sejauh ini:
- Semakin banyak membaca semakin saya tahu banyak hal belum saya ketahui
- Semakin banyak membaca saya semakin tahu, apa yang sudah diketahui dan juga menemukan apa yang belum diketahui
- Tidak ada masa seperti studi S3 dimana kita di tuntut untuk membaca sebanyak dan dalam waktu selama ini, karenanya masa ini menurutku adalah masa-masa yang paling…
membingungkan,
menegangkan,
menjenuhkan
mencerahkan
kembali ke atas 😀
Meski dalam ups and down banyak hal baik juga terjadi, saya bertemu dan mengenal banyak orang, mengalami pengalaman-pengalaman baru di negara yang baru. Tak patut saya mengeluh, karena yang saya alami adalah nikmat dan anugerah Tuhan yang tak terkatakan dan tak patut saya terima. Saya bersyukur atas pengalaman ini.
Sekian dulu ya, saya perlu mengupas bawang ini 😀
Tinggalkan Balasan